Ujian Nasional
untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) tahun 2014
akan dihapus.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) akan
menggunakan nama Ujian Sekolah/Madrasah
(US/M) dalam menentukan kelulusan siswa SD.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikbud,
Ainun Na'im mengatakan dalam US/M pihak
sekolah yang akan sepenuhnya menentukan
kelulusan siswanya. Meski demikian, soal yang
digunakan dalam US/M tidak 100 persen
berasal dari sekolah.
"Yang buat soal 25 persen dari pusat dan 75
persen dari satuan pendidikan Provinsi dan
Kabupaten," kata Ainun dalam keterangan
resminya sebelum rapat koordinasi (Rakor)
untuk persiapan implementasi kurikulum 2013
dan Ujian Nasional (UN) 2014 di Jakarta, Ahad
(1/12).
US/M dilakukan serentak di seluruh SD dan MI
yang ada di Indonesia.
Untuk SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) ada sebanyak tiga mata pelajaran. Yakni Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Sedangkan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sebanyak empat mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPS dan PKn. "Ujian Sekolah/Madrasah SD/SDLB/MI/Paket A/ Ula pada 19-21 Mei," ujarnya. Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Ramon Mahondas mengatakan penilaian di SD tidak dengan angka, tapi diberikan dengan narasi. "Sehingga mereka tidak tinggal kelas. Bagi yang belum memahami pelajaran, meskipun naik kelas akan diberikan remedial," katanya. Ramon melanjutkan, saat ini telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun di lapangan. Para guru dijelaskan bentuk baku rapor dan cara menilai. "Pelatihan tahun depan mencakup 150 ribu sekolah, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya enam ribu sekolah," ujarnya.
Untuk SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) ada sebanyak tiga mata pelajaran. Yakni Bahasa Indonesia, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Sedangkan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sebanyak empat mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPS dan PKn. "Ujian Sekolah/Madrasah SD/SDLB/MI/Paket A/ Ula pada 19-21 Mei," ujarnya. Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Ramon Mahondas mengatakan penilaian di SD tidak dengan angka, tapi diberikan dengan narasi. "Sehingga mereka tidak tinggal kelas. Bagi yang belum memahami pelajaran, meskipun naik kelas akan diberikan remedial," katanya. Ramon melanjutkan, saat ini telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun di lapangan. Para guru dijelaskan bentuk baku rapor dan cara menilai. "Pelatihan tahun depan mencakup 150 ribu sekolah, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya enam ribu sekolah," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar